Mon. Dec 23rd, 2024

Oleh: Maryam Mahdiyah

Pustakamanah–Cordoba, sebuah kota yang terletak di Andalusia, Spanyol. Kota ini adalah ibu kota Spanyol sebelum Islam, yang kemudian diambil oleh Bani Umayyah. Oleh penguasa Muslim kota ini dibangun dan diperindah. Di antara kebanggaan kota Cordoba. menurut Ibn Al-Dala‘i, terdapat 491 masjid di sana. Selain itu, ciri khusus kota-kota Islam adalah adanya tempat-tempat pemandian. Di Cordoba saja terdapat sekitar 900 pemandian. Di sekitarnya berdiri perkampungan-perkampungan yang indah. Cordoba memiliki warisan sejarah yang kaya, terutama dalam konteks perkembangan Islam di Eropa pada masa lalu. Kota ini pernah menjadi pusat kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan kemakmuran ekonomi di bawah pemerintahan Islam, khususnya selama masa Kekhalifahan Cordoba.

Kedatangan islam di Andalusia bermula Pada abad ke-8 Masehi, sejak pasukan tentara Thariq bin Ziyyad menyebrangi lautan Gibralta menuju ke Semenanjung Ilberia. Pasukan Thariq yang hanya berjumlah 7000 orang itu behadapan dengan tentera Visigoth Andalusia yang berkekuatan 100.000 tentera lengkap bersenjata. Sehingga ketimpangan atau ketidakseimbangan pasukan menjadi hambatan dalam penaklukan ini, namun hal itu tidak melunturkan semangat Thariq bin ziyyad dan pasukannya dalam melawan tentara Visighot. Pada tahun 711 Masehi, Cordoba menjadi bagian dari wilayah Kekhalifahan Umayyah di Damaskus. Pada tahun 756, Abd al-Rahman I mendirikan Kekhalifahan Cordoba setelah melarikan diri dari kekhalifahan Abbasiyah di Timur Tengah.

Kemenangan yang diraih oleh Thariq bin Ziyyad dalam penyerangan berhasil mengatasi tentara Visigoth. Kemenangan ini menjadi peluang bagi Islam untuk memanfaatkan permasalahan internal pemerintahan Rom di Andalusia.

Pada saat itu, terjadi pertikaian agama Kristen dan Yahudi yang sama-sama berambisi untuk berkuasa di tahta, menciptakan celah yang signifikan. Keadaan ini membuka peluang besar untuk Islam mendapatkan kekuasaan baru. Thariq bin Ziyyad tidak berhenti di situ saja, melainkan terus memanfaatkan peluang untuk menguasai Cordoba dan Toledo. Ia berhasil merampas banyak harta dari perkemahan serta berhasil mengambil alih pemerintahan di Andalusia. Dengan demikian, umat Islam berhasil berkuasa di Andalusia dan berhasil menyebarkan agama Islam di wilayah daratan Eropa.

Tidak dapat disangkal bahwa peran Islam sangat signifikan di Spanyol selama kurang lebih delapan abad. Meskipun mengalami penderitaan dramatis, Bangsa Arab berhasil meraih kemenangan terbesar dan terpanjang di Eropa di wilayah tersebut. Kekhalifahan Cordoba mencapai puncak keemasannya selama abad ke-10 di bawah pemerintahan Abdurrahman an Nasir dan putranya Al Mustansir, dimana kota tersebut terpilih menjadi ibu kota Spanyol. Sebagai ibu kota, pemerintah sangat gencar dalam membangun fasilitas fasilitas umum khususnya di bidang pendidikan seperti sekolah dan perpustakaan. Orang orang miskin dapat bersekolah dengan gratis. Cordoba menjadi salah satu kota terbesar dan terkemuka di dunia Islam pada saat itu. Pusat-pusat ilmu pengetahuan seperti Madrasah dan Perpustakaan Bait Al-Hikmah dibangun, menarik para ilmuwan, filsuf, dan peneliti dari berbagai penjuru dunia.

Berbagai peninggalan sejarah di Cordoba memperlihatkan kemegahan peradaban Islam, meskipun beberapa bangunan telah mengalami kerusakan dan perubahan fungsi. Jembatan Cordoba, atau dikenal sebagai Puente Romano, merupakan salah satu peninggalan utama dari era Gubernur Andalus, Samah bin Malik Al Khulani, pada tahun 101 H. Meskipun beberapa ahli berpendapat bahwa jembatan ini awalnya dibangun oleh Romawi, Cordoba berhasil mengembangkan jembatan megah yang bertahan hingga saat ini. Peninggalan masa kejayaan Islam di Cordoba yang lain adalah Masjid Cordob yang dibangun pada tahun 170 H oleh Abdurrahman ad Dakhil. Masjid ini menjadi salah satu masjid terbesar di Eropa. Akan tetapi, setelah kekalahan umat Islam, bangunan ini diubah menjadi gereja. Selain berfungsi sebagai tempat ibadah, masjid Cordoba juga menjadi cikal bakal Universitas Cordova yang terkenal sebagai pusat keilmuan bagi umat Islam dan Eropa. Universitas ini mengajarkan berbagai bidang ilmu, memiliki pengajar pilihan, dan telah mencetak banyak pakar terkenal, memainkan peran penting dalam perpindahan keilmuan dari umat Islam ke Eropa.

Keberhasilan Universitas Cordova dalam mendidik pelajar dari Timur dan Barat, baik muslim maupun non muslim, menunjukkan prestasinya dalam mencetak pakar terkemuka seperti az Zahrawi, ibn Bajah, ibn Tufail, Muhammad Al Ghafiqi, ibn Abdul Barr, Ibn Rusyd, Al Idrisi, Al Qurtubhi, dan lainnya. Peninggalan ini bukan hanya keberhasilan bagi peradaban Islam, tetapi juga menjadi bagian integral dari peradaban manusia secara keseluruhan.

Abad ke-11 dan ke-12 menyaksikan kemunduran kekhalifahan, dan Cordoba jatuh ke tangan kerajaan Kristen pada tahun 1236 selama Reconquista. Salah satu faktor utama adalah konflik antara Islam dan Kristen. Penguasa Muslim tidak melakukan Islamisasi secara menyeluruh dan membiarkan kerajaan Kristen mempertahankan hukum dan adat mereka, memicu pertentangan konstan. Pada abad ke-11 M, umat Kristen memperoleh kemajuan pesat, sedangkan umat Islam mengalami kemunduran. Tidak adanya ideologi pemersatu juga menjadi masalah, di mana orang Arab tidak menerima orang Islam pribumi. Kurangnya sistem peralihan kekuasaan yang jelas, kesulitan ekonomi, dan keterpencilan Spanyol Islam dari dunia Islam lainnya juga berkontribusi pada kehancuran tersebut. Meskipun masa kejayaan Islam di Cordoba telah berakhir, warisan budaya dan ilmiahnya tetap hidup.

Faktor lainnya adalah kesulitan ekonomi yang muncul karena fokus pada pembangunan ilmu pengetahuan tanpa memperhatikan kesejahteraan ekonomi. Tidak adanya sistem peralihan kekuasaan yang pasti menyebabkan persaingan di antara ahli waris, dan keterpencilan Spanyol Islam dari dunia Islam lainnya membuat mereka terisolasi dan kesulitan mendapatkan bantuan saat menghadapi serangan Kristen. Semua faktor ini bersama-sama membentuk lanskap yang mengarah pada kemunduran dan kehancuran Islam di Spanyol.

Cordoba tetap menjadi saksi bisu dari masa lalu gemilangnya sebagai pusat intelektual dan budaya di bawah pemerintahan Islam. Kota yang dulunya menjadi pusat kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan ekonomi di bawah pemerintahan Islam, menunjukkan warisan sejarah yang kaya. Meskipun mengalami kemunduran dan kehancuran, Cordoba tetap menyimpan sisa-sisa kemegahan peradaban Islam dalam bentuk peninggalan sejarah yang mencakup jembatan megah, masjid terbesar di Eropa, dan peran sebagai cikal bakal universitas terkenal. Meskipun masa kejayaan Islam di Cordoba telah berakhir, warisan budaya dan ilmiahnya tetap menjadi bagian dari peradaban manusia secara keseluruhan.

Referensi

https://core.ac.uk/download/pdf/268089165.pdf

https://alif.id/wp-content/uploads/kalins-pdf/singles/Sejarah%20Cordoba%20dan%20Islam%20Andalusia:%20Pluralitas%20dan%20Akulturasi%20Budaya.pdf

http://repository.uin-malang.ac.id/1333/2/1333.pdf

ByZhay